Batu koral yang berasal laut hampir pasti menampilkan kesan alami dan sfesifik, eksotik dengan tekstur dan warna-warna cantik, sering digunakan sebagai dekorasi indoor maupun outdoor pada rumah-rumah tertentu. Bahkan dari warna-warna khasnya, bisa ditebak dari daerah mana batu dimaksud diperoleh. Beberapa tahun terakhir muncul tren memberi aksen batu pada elemen rumah. Beragam warna, jenis maupun bentuk batu koral yang sebagian besar didapatkan di daerah Indonesia Timur, juga menjadi salah satu pilihan banyak konsumen. Batu koral hias (pebbles) memang sangat beragam bentuk dan jenisnya. Dari yang berukuran kecil hingga besar, tekstur yang halus sampai kasar, dengan aneka warna, sama cantiknya bila digunakan sebagai elemen penghias rumah. Belakangan banyak yang menggunakannya sebagai hiasan dalam rumah maupun di luar ruangan. Di luar rumah, biasanya untuk penghias taman kering, sementara dalam rumah dimanfaatkan sebagai aksen atau pembagi ruang yang diletakkan di lubang tanpa keramik.Biasanya, nama batu koral hias diambil dari daerah asalnya, seperti koral Gunungkidul, Yogyakarta, Lampung, Bengkulu, Pelabuhan Ratu, Batu Alor Surabaya, Mik Bali, Ambon, hingga batu Flores. Harganya juga bervariasi sesuai dengan ukuran dan halus tidaknya permukaan batu. Selama ini, batu Lampung Super adalah yang paling mahal harganya di pasaran.Koral sikatSelain ditebar sebagai aksen pemanis taman atau halaman rumah, batu koral juga bisa menjadi elemen yang ditempel. Koral tempel ini biasa disebut dengan koral sikat. Dinamakan demikian karena pengerjaannya dilakukan dengan sikat kawat. Elemen rumah ini bisa dibeli di penjual tanaman taman di pinggir jalan atau di toko bangunan. Menurut Sucipto dari Novita Sari Gardent, produk koral sikat dapat digunakan sebagai hiasan untuk taman, loster, lantai carport, teras, dinding rumah, tugu atau padma paras apung, tempat serbaguna, dan masih banyak lagi. “Bahan bakunya adalah batu koral aneka warna dari berbagai daerah. Koral warna coklat berasal dari Sumbawa, hitam dan putih dari NTT,” jelasnya pada Handicraft Indonesia. Pengolahan koral sikat garapan Sucipto lebih banyak dilakukan daerah Nusa Dua, Denpasar, sampai Tohpati. Dikatakannya, batu koral berwarna hitam lebih tinggi harganya dibandingkan yang berwarna coklat atau lainnya. “Sekarang bisa mencapai Rp 50.000,- per sak,” ujarnya. Proses pembuatannya tidak terlalu rumit karena hanya menggunakan bahan koral, pasir, dan semen. Cara pengerjaannya adalah membuat adukan semen dan pasir yang kemudian dimasukkan dalam cetakan kayu. Setelah rata, jelasnya, batu koral ditempelkan satu per satu sesuai motif dan desain yang diinginkan. Untuk ukuran kecil, bisa disusun dengan cara ditebarkan hingga merata pada permukaan cetakan, selanjutnya ditutup kembali dengan adukan semen dan pasir. Ditunggu hingga setengah kering, lalu disikat dengan sikat kawat hingga batunya muncul. Selepas itu dibersihkan dengan lap basah dan dibiarkan mengeras.Agar permukaan batu bisa awet dan tahan terhadap lumut, jamur, dan debu, bisa diberi pelapis berupa cairan coating dengan perbandingan 1 liter untuk 6 meter persegi beton. Lama pengerjaan produk koral sikat tergantung ukuran yang dibuat. Menurut Sucipto, untuk ukuran 1 x 1 meter bisa selesai dalam waktu setengah hari. Sedangkan yang lebih kecil dari itu, dalam sehari bisa dihasilkan sekitar 15 buah.“Motif dan desain tergantung pesanan. Misalnya, untuk Gunungkidul, tren yang sedang yang digemari adalah yang menampilkan kesan daerah Gunungkidul.
Source : kerajinanbatualam.blogspot.com
No comments:
Post a Comment